Proyek satelit multifungsi pemerintah, SATRIA (Satelit Republik Indonesia) merupakan salah satu proyek strategis nasional. Proyek ini merupakan bentuk nyata upaya pemerintah melalui BAKTI Kominfo untuk menyediakan konektivitas internet yang inklusif dan merata ke seluruh pelosok negeri, khususnya yang belum terlayani penyelenggaraan telekomunikasi terestrial, yaitu di wilayah Terluar, Tertinggal dan Terdepan (3T) serta perbatasan.
Kondisi geografis Indonesia yang sulit dijangkau dengan jaringan terestrial, akan dapat didukung oleh teknologi satelit. Selain itu biaya penyediaan satelit yang lebih ekonomis dibanding dengan layanan telekomunikasi lainnya. Proyek satelit multifungsi ini dilakukan melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan pembayaran ketersediaan layanan atau Availability Payment (AP) selama 15 tahun periode operasi satelit.
Skema kerjasama ini sesuai dengan Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Keunggulan skema ini adalah adanya penjaminan proyek yang diberikan Kemenkeu melalui PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia yang akan meningkatan kelayakan proyek.
Proyek SATRIA mulai di konstruksi pada akhir tahun 2020, dan akan diluncurkan pada tahun 2023. Pembangunan SATRIA bekerjasama dengan pabrik kedirgantaraan asal Perancis, Thales Alenia Space dan perusahaan transportasi luar angkasa asal Amerika Serikat, SpaceX.
Penandatanganan proyek SATRIA dengan Thales Alenia Space pada 1 Juli 2019. Sedangkan penandatanganan proyek SATRIA dengan SpaceX sebagai penyedia roket peluncur dilaksanakan pada 16 Agustus 2019.
SATRIA akan memiliki 11 stasiun bumi atau gateway yang tersebar di beberapa lokasi di seluruh Indonesia. Stasiun Bumi di Cikarang nantinya akan menjadi Primary Satellite Control Center (PSCC) dan Network Operations Center (NOC). Sepuluh stasiun bumi lainnya berada di Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika dan Jayapura. Adapun stasiun bumi di Banjarmasin akan menjadi Back-Up Satellite Control Center (BSCC).
Satelit yang dirancang khusus dengan kapasitas 150 Gbps ini akan menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS). Terdapat lebih kurang 150.000 titik layanan publik yang terdiri atas sarana pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan yang akan dilayani oleh SATRIA. Proyek ini juga akan saling melengkapi dengan proyek Palapa Ring.
Titik layanan publik yang dapat dijangkau SATRIA diantaranya 93.900 titik sekolah dan pesantren untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dan ujian berbasis komputer, 3.700 titik pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) atau fasilitas kesehatan dan rumah sakit. Serta layanan kesehatan lainnya untuk menyokong kebutuhan database kesehatan yang terintegrasi dan terpusat.
3.900 titik layanan keamanan masyarakat (Kamtibmas) di wilayah 3T untuk mendukung kebutuhan administrasi keamanan dan ketertiban masyarakat,dan 47.900 titik kantor desa/kelurahan/kecamatan dan pemerintah daerah lainnya untuk mengoptimalkan pelayanan sistem pemerintahan berbasis elektronik atau SPBE secara efisien dan efektif. Serta 600 titik layanan publik lainnya.
Layanan publik yang dijangkau SATRIA diharapkan dapat mengkoneksikan sekitar 45 juta masyarakat Indonesia yang belum terjangkau akses internet.