JAKARTA, 15 September 2018 - Keterkaitan antara generasi milenial dengan teknologi informasi pada masa kini sudah tidak dapat terbantahkan lagi. Bahkan keterkaitan tersebut sudah mencapai suatu hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini terlihat dari pengguna media sosial yang didominasi oleh generasi milenial. Pemerintah harus lebih mewaspadai karena penggunaan platform media sosial yang sangat aktif di Indonesia, rentan akan penyalahgunaan.
Penyalahgunaan media sosial menjadi pokok bahasan dalam Seminar Merajut Nusantara bertema “Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Informasi Publik Bagi Generasi Milenial”. Seminar tersebut diselenggarakan BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) bekerjasama dengan Komisi 1 DPR RI. Hadir sebagai pembicara yakni Charles Honoris anggota Komisi 1 DPR RI, Nonot Harsono Dewan Pengawas BAKTI, dan Indriyatno Banyumurti praktisi sosial media.
Penggunaan media sosial oleh generasi milenial tidak selalu berdampak negatif, ada kontribusi positif yang diberikan terhadap masyarakat di sekelilingnya. Menurut Charles, generasi milenial harus menjadi pelopor untuk penggunaan media sosial yang positif karena banyak kabar hoaks disebarkan oleh generasi milenial. Entah dengan tujuan menjadi trending topic atau agar lebih banyak pengikutnya atau yang dikenal dengan follower. Penyebaran ini, jika tak segera dikonfirmasi, akan menjadi pembenaran. “Sehingga generasi milenial harus menjadi pionir untuk penggunaan media sosial yang positif,” ujarnya.
Sementara itu, Nonot menuturkan penggunaan media sosial juga telah mentransformasi berbagai sektor kehidupan. Transformasi dalam dunia digital atau dunia maya telah mempengaruhi hampir setiap sendi kehidupan. “Bahkan, hampir semua aspek kehidupan kita mendapat pengaruh dari teknologi digital. Semua perubahan tersebut dipelopori oleh anak-anak muda dan kegiatan usaha yang mayoritas dimotori oleh anak muda juga” kata Nonot.
Nonot mencontohkan pendiri transportasi online, yakni Go-Jek yang didirikan oleh seorang anak muda, usaha lainnya yang dimotori anak muda yakni Facebook. “Kehadiran aplikasi-aplikasi online tersebut telah membawa cara baru dalam kegiatan berusaha, yang salah satu perwujudannya dilakukan oleh perusahaan Go-Jek dengan aplikasi Go-Foodnya,” .
Transformasi lain yang tak kalah pentingnya yang telah dilakukan oleh platform sosial media adalah pada cara berinteraksi dengan sesama manusia. Indriyatno mengatakan bahwa pengguna aplikasi sosial media di Indonesia mencapai 87,13% dari total pengguna internet di Indonesia yang mencapai 143,26 juta jiwa, dimana para pengguna sosial media tersebut merupakan pengguna lintas generasi. Perubahan tersebut dapat terlihat dari penggunaan platform sosial media untuk saling bersilaturrahim. ”Coba sekarang kita perhatikan cara bersilaturahim antara orang tua dengan anaknya yang sekolah di luar negeri, menggunakan aplikasi skype,” katanya. Hal tersebut membawa dampak positif, yaitu membuat silaturrahim menjadi mudah. Akan tetapi juga membawa dampak negatif. “Dampak negatif dari sosial media tersebut, menjauhkan yang dekat seperti kalau kita makan bersama keluarga, banyak anggota keluarga kita yang malah main handphone,” tambah Indriyatno.
Sehingga, lanjut Indriyatno, dalam menggunakan sosial media hendaknya lebih bertanggung jawab, karena pengguna sosial media yang bertanggung jawab merupakan awal dari pencegahan konten-konten negatif dan ini merupakan kunci utama dalam penggunaan sosial media yang positif. (MAN/HUMAS BAKTI)