Operasional kantor : Senin - Jumat Pkl. 08.00 - 17.00 WIB, online Senin - Jumat 24 jam
Tanggal
26 11-19
30

Tantangan Pendidikan Era Digital untuk Staf Pengajar dan Anak Didik

berita-1

Perkembangan teknologi yang kini telah terjadi dengan sangat pesat tidak hanya berdampak pada sektor industri saja, namun juga pada sektor pendidikan. Pendidikan era digital seperti sekarang, mau tidak mau harus turut mengadaptasi teknologi yang sudah ada, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang tidak gagap teknologi dan berorientasi pada teknologi kekinian dan pada akhirnya mudah memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja.

Tentu saja, hal terpenting dari penerapan pendidikan era digital, yang kini sering disebut dengan era 4.0, terletak pada sisi pengajar sebagai pihak yang ‘bertugas’ mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Adaptasi harus terlebih dahulu dilakukan oleh staf pengajar sehingga dapat membimbing anak didik untuk mengetahui, memahami dan memanfaatkan teknologi yang kini ada sesuai dengan konteks pembelajaran.

Namun demikian, hal ini tidak dapat berjalan mulus dan secara otomatis. Serangkaian proses harus dijalani oleh staf pengajar karena mau tidak mau harus disadari pula bahwa usia rata-rata staf pengajar juga sudah cukup senior. Jika tidak diimbangi dengan keinginan belajar yang kuat, maka bukan tak mungkin pendidikan Indonesia juga akan stagnan pada titik yang sama.

Ada beberapa tantangan untuk staf pengajar yang harus terlebih dahulu ditaklukan, diantaranya adalah sebagai berikut.

Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis menjadi hal pertama yang harus dikuasai oleh staf pengajar untuk membimbing anak didik menuju masa depan yang lebih cerah. Dengan adanya teknologi informasi yang dapat memberikan banyak data dalam sekejap, diperlukan bekal kemampuan ini agar informasi dan data yang diberikan juga dapat memenuhi kebutuhan anak didiknya.

Kemampuan berpikir kritis juga harus diimbangi dengan kemampuan pemecahan masalah yang ditemui. Misalnya, ketika anak didik menemui masalah dalam pencarian informasi atau pemanfaatan informasi, maka staf pengajar harus mampu menjadi rujukan pertama untuk memberikan solusi atau setidaknya mendiskusikan permasalahan tersebut.

Kemampuan Berkomunikasi

Mungkin terdengar sepele namun kemampuan berkomunikasi yang baik benar-benar dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Penyampaian materi, penyampaian pertanyaan, kritik serta saran, jika dilakukan dengan nuansa yang baik maka semangat belajar anak didik juga akan terjaga.

Hal ini juga harus dilengkapi dengan kemampuan berkolaborasi dengan anak didik dan staf pengajar lain. Seperti diketahui bersama, keberadaan teknologi informasi dan komunikasi sekarang memungkinkan staf pengajar dan anak didik berkolaborasi secara intens tanpa terbatas ruang dan waktu. Ini harus dimaksimalkan guna memberikan dukungan penuh pada proses belajar anak didik.

Kreatif dan Inovatif

Menyambut aliran informasi yang kian deras, staf pengajar perlu memiliki kreativitas serta kemampuan berinovasi agar dapat membuat suasana pembelajaran tetap menarik dan up-to-date. Kemampuan menghubungkan bahan ajar dengan fenomena kekinian dapat menjadi penyemangat anak didik dalam mempelajari suatu hal sehingga dapat memahaminya lebih dalam.

Selain itu, kemampuan berinovasi juga diperlukan dalam rangka mengadaptasi informasi terbaru yang diterima. Jika staf pengajar tidak memiliki sikap inovatif, bukan tidak mungkin staf pengajar akan ketinggalan informasi dan justru kalah dibandingkan dengan anak didik. Tuntutan untuk tetap keep up  dengan apa yang diketahui anak didik menjadi cukup tinggi agar dapat menjadi ‘rekan’ diskusi yang seimbang.

Literasi Media

Seringkali hal ini dikesampingkan, padahal pada konteks kekinian literasi media sangat diperlukan oleh staf pengajar. Pemahaman mendalam pada media yang digunakan oleh staf pengajar dan anak didik diperlukan, agar kedua pihak dapat benar-benar mendapatkan manfaat maksimal dari media yang digunakan.

Pada saat yang sama, kemampuan staf pengajar dalam menyaring informasi juga menjadi keharusan, karena apapun yang diajarkan pada anak didik haruslah sesuatu yang valid dan pasti. Jangan sampai staf pengajar menyampaikan hal yang masih spekulatif serta tanpa didasari data atau penelitian yang jelas, yang justru dapat menyesatkan anak didik pada proses pembelajaran.

Hambatan Teknis Klasik di Indonesia

Selain daripada tantangan yang harus dihadapi oleh staf pengajar dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan dan iklim pendidikan 4.0, masih ada hambatan lain yang juga harus dihadapi. Tidak hanya oleh staf pengajar, namun juga oleh anak didik. Hambatan tersebut adalah masalah klasik mengenai pemerataan fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam rangka masuk ke era digi\ital.

Tidak sedikit dearah di Indonesia yang masih belum memiliki akses leluasa pada teknologi dan arus informasi yang seharusnya menjadi kebutuhan utama. Tentu, Kementerian Kominfo dalam hal ini terus mengupayakan pemerataan agar setiap anak didik dan staf pengajar memiliki akses pada jaringan internet, sehingga dapat memanfaatkan informasi semaksimal mungkin.

Pendidikan era digital, harus disadari, masih menghadapi banyak tantangan yang harus diselesaikan. Satu dan lain hal, Indonesia masih dalam proses untuk dapat melaksanakan pendidikan 4.0 dengan baik. Dukungan masyarakat diperlukan secara penuh agar proses ini dapat berjalan dengan maksimal.

Artikel Media

Siaran Pers