Jakarta - Sempat mengalami gangguan akses telekomunikasi pasca-gempa mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada awal Agustus, kini layanan tersebut sudah dinyatakan telah beroperasi normal kembali.
Seperti dinyatakan dalam keterangan tertulisnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Selasa (28/8/2018) pukul 08.00 WIB semua Base Transceiver Station (BTS) 2G, 3G, dan 4G sudah pulih total 100%.
"Dan bisa digunakan untuk kebutuhan masyarakat di seluruh Pulau Lombok dan Sumbawa Barat," kata Plt Kabiro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu.
Berdasarkan pantauan Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Kelas II Mataram di NTB, 944 BTS di Pulau Lombok dan Sumbawa yang terdampak gempa bumi sudah bisa dipulihkan untuk melayani kebutuhan telekomunikasi masyarakat.
Meskipun sebelumnya, di Pecinan dan Gilimeno terpantau ada KwH meter dan rak baterei BTS yang roboh akibat rentetan gempa. Sebanyak delapan tower milik penyedia jasa internet juga dilaporkan rusak, namun layanan masih bisa digunakan dengan mengalihkan link jaringan.
Dukungan jaringan telekomunikasi melalui VSAT Portable dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo saat ini sudah 19 unit dilaporkan terpasang dan on air untuk mendukung komunikasi penanganan, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.
Foto: Kominfo
|
VSAT itu terpasang di Posko Madayin, Sembalun, Bayan, Sambil Elen, BNPB Kantor Bupati Lombok Utara 1 dan 2, Desa Pemenang, Desa Obel-Obel, Sankareang Kantor Gubernur, Kantor Lurah Lingsar, Posko BNPB Lombar, Desa Genggelang Kec. Gangga, Dusun Darul Mujahidin Desa Genggelang, SDN 5 Bantek, Pengungsian Senara, Media Center Tanjung, Loloan, Kantor Kec. Sambelia, dan Media Center Provinsi.
Sementara itu, dua unit sedang dalam proses instalasi, yakni di Posko ESDM Siaga dan Bhayangkara Pemenang. Dan, tiga unit dalam proses pengiriman untuk dipasang di Posko Induk Desa Kekait, Desa Pringbaya Kec. Labuhan dan Desa Bebidas Kec. Wanasaba.
Bantuan 50 unit telepon satelit dari BAKTI Kominfo sudah diserahkan ke Ketua Satgas Penanganan Bencana Danrem 162/WB sebanyak lima unit. Adapun 11 unit telepon satelit digunakan Bagian Logistik Korem dan 34 unit digunakan dibawah koordinasi Danrem dan Gubernur untuk mendukung koordinasi penanganan bencana.
Anggota ORARI saat ini tengah memasang repeater di Mataram 2 unit repeater, Pemenang 2 unit, Tanjung 1 unit, dan masing-masing 2 unit di Kayangan, Bayan, Sembalun, Sambelia, Seling, Praya dan Lobar.
Adapun yang bisa digunakan (on-air) masing-masing satu unit repeater ORARI berada di Mataram, Tanjung, Bayan, Sambelia, dan Selong.
Kemudian, RAPI juga mendirikan stasiun radio masing-masing satu unit di Mataram dan Pemenang.
Bantuan untuk Lombok
Selain perbaikan akses telekomunikasi oleh pemerintah dan operator, seluruh elemen masyarakat, LSM, dan kepolisian juga ikut turun membantu pemulihan bencana.
Pihak Kepolisian dari Batalyon Wira Bhakti Satria (Regada) melakukan kegiatan pemberian bantuan peduli Lombok di desa Selelos. Kec Gangga Kab. Lombok utara NTB pada Sabtu (25/8/2018), serta di Dusun Kr Sidemen Desa Dasan Tereng Kec Narmada Kab. Lombok Barat NTB pada Senin (27/8/2018).
Foto: Penyaluran Gempa di Lombok oleh Batalyon Regada
|
"Kami berhasil mengumpulkan dana dari para anggota batalyon kami untuk ikut membantu meringankan kesedihan saudara-saudara kami di Lombok. Dana tersebut sudah kami belikan barang-barang yang bisa berguna buat warga Lombok," kata Kompol Tedjo Asmoro, Ketua Alumni Wira Bhakti Satria/Regada, yang mengkoordinir penggalangan dana.
Foto: Penyaluran Gempa di Lombok oleh Batalyon Regada
|
Adapun anggota kordinator penggalang dana selain Kompol Tedjo, antara lain Sekretaris AKP Agung Priharnato dan Perwakilan Regada dari Mabes Polri serta Regada seluruh Indonesia.
Foto: Penyaluran Gempa di Lombok oleh Batalyon Regada
|
"Untuk anggota Regada yang menyalurkan di daerah gempa Lombok ada AKP. I Wayan Redana, AKP. Ahmad Hasan, AKP Sri Sunarni, AKP. Maskur, dan AKP Suyasa," lanjut Tedjo.
Foto: Penyaluran Gempa di Lombok oleh Batalyon Regada
|
Masih dalam aksi kepedulian gempa Lombok, kelompok Yayasan Peduli Anak (YPA) juga melakukan hal serupa. Kelompok YPA ini merupakan rumah bagi 100 anak yatim piatu, anak jalanan dan terlantar di Lombok Barat, NTB. Yayasan ini didirikan sejak 2006 oleh seorang warga Belanda, Chaim Fetter, dan beberapa teman dari Lombok.
"Kami membangun Peduli Anak sedikit demi sedikit, satu per satu gedung kami bangun dari dana sumbangan donatur. Usaha kami selama lebih dari 10 tahun membangun Peduli Anak kini hilang dalam hitungan detik," kata Chaim.
YPA memiliki empat rumah asrama untuk anak-anak, Sekolah Dasar, Sekolah Keterampilan, Musholla, kantor dan fasilitas penunjang lainnya. Namun, gempa bersusulan yang terjadi sejak dua minggu terakhir ini menyebabkan kerusakan mulai dari ringan sampai berat di banyak bangunan YPA.
Foto: Penyaluran Gempa di Lombok oleh Yayasan Peduli Anak
|
Bahkan semua rumah asrama anak mengalami kerusakan parah sampai ambruk sehingga tidak bisa ditempati lagi.
Foto: Penyaluran Gempa di Lombok oleh Yayasan Peduli Anak
|
Untungnya, anak-anak dan karyawan selamat dari gempa dan tidak ada yang terluka karena sewaktu gempa 7 Richter terjadi, mereka sedang berada di musholla yang semi terbuka. Namun, gempa tersebut membuat semua anak sangat ketakutan dan trauma.
Foto: Penyaluran Gempa di Lombok oleh Yayasan Peduli Anak
|
Segera setelah gempa tersebut terjadi, Chaim membuat video dimana ia berdiri di depan bangunan rumah yang ambruk dan meminta pertolongan kepada semua pihak.
Foto: Penyaluran Gempa di Lombok oleh Yayasan Peduli Anak
|
Setelah mengunggah video ini ke media sosial @pedulianak, media internasional seperti BBC, CNN, ABC, dan beberapa media internasional lainnya langsung merespons untuk interview dan menanyakan langsung situasi di yayasan.
Begitu pula bantuan barang seperti makanan, air, tenda dan uang juga berdatangan dari teman, relasi, sponsor, bahkan dari turis-turis yang kebetulan berada di Lombok.
"Kami berencana untuk membangun 10 rumah sederhana tahan gempa agar kami dapat menampung 100 anak. Selain itu kami juga akan membangun infrastruktur pendukung seperti musholla dan dapur umum, serta memperbaiki kantor dan gedung Sekolah Dasar Peduli Anak.
Foto: Penyaluran Gempa di Lombok oleh Yayasan Peduli Anak
|
"Kami berharap gempa susulan segera hilang dan kami punya dana yang cukup sehingga kami bisa mulai membangun kembali" ujar Nurdiana, Ketua Yayasan Peduli Anak. (agt/fyk)