Operasional kantor : Senin - Jumat Pkl. 08.00 - 17.00 WIB, online Senin - Jumat 24 jam
Tanggal
24 05-18
28

Ini usulan Net1 Indonesia bangun daerah USO

berita-1

JAKARTA (IndoTelko) - PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) sebagai pemegang merek  Net1 Indonesia siap mendukung pemerintah dalam mempercepat penyediaan koneksi internet di daerah pedesaan, terutama di wilayah terpencil, terdepan, dan terluar (3T) yang dikenal juga dengan area Universal Service Obligation (USO) di tanah air.  

“Net1 Indonesia memiliki keunggulan di jaringan 4G LTE yang berjalan di frekuensi 450 Mhz. Ini sangat cocok untuk karakter daerah rural, yang memiliki wilayah luas dengan kepadatan rendah. Karakter frekuensi rendah ini memang tidak untuk mengejar kecepatan akses, melainkan untuk mengejar jangkauan sinyal yang jauh,” ungkap CEO Net1 Indonesia Larry Ridwan dalam diskusi yang digagas Indonesia LTE Community dengan mengusung tema Indonesia Toward Digital Paradise, di Jakarta, Kamis (24/5).

Dikatakannya, posisi Net1 Indonesia dalam melayani daerah USO dengan dua strategi yakni menggarap pasar ritel dengan langsung melayani masyarakat dan bekerjasama dengan operator lainnya dengan menempatkan frekuensi 450 Mhz sebagai backhaul.

"Kalau masuk ke ritel kami sudah lakukan. Tetapi menjadikan frekuensi 450 MHz sebagai backhaul ini belum. Kita harapkan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) mau fasilitasi karena jika diterapkan banyak efisiensi bisa dirasakan teman-teman operator. Apalagi sekarang Palapa Ring Barat sudah selesai," katanya.

Sementara untuk menggarap pasar ritel di remote area di luar wilayah USO versi BAKTI, Net1 Indonesia mengaku sudah memiliki sekitar 600 site. "Ini setara dengan 6 ribu site untuk teman-teman di frekuensi 1.800 Mhz atau yang familiar lainnya. Kita itu bangun satu titik setara dengan 10 titik di operator lainnya. Memang frekuensi 450 MHz ini cocok di remote area," katanya.

Diungkapkannya, di luar area yang dilayani BAKTI, ada sekitar lebih dari 60 juta masyarakat yang belum terjangkau jaringan karena tingkat densitinya yang rendah.

"Kita masuk ke segmen ini dengan menargetkan pangsa pasar yang sangat segmented seperti korporasi (pertambangan, perkebunan, perikanan), Machine to Machine (M2M) dan lainnya. Potensinya besar karena animo masyarakat untuk merasakan sentuhan digital itu besar," ulasnya.   

Sejauh ini, Net1 sudah menggelar layanan 4G LTE di 19 provinsi yang tersebar di Indonesia. Sebanyak 306 Kabupaten/Kota  telah bisa mengakses jaringan 4G LTE dari Net1, dengan jumlah desa mencakup 25.279 buah. Secara keseluruhan, jumlah populasi penduduk yang dapat terlayani oleh Net1 Indonesia hingga saat ini mencapai 126.299.415 jiwa.    

Sejumlah Pemerintah Daerah mulai dari tingkat Kota, Kabupaten, hingga Provinsi di Indonesia juga telah bekerjama dengan Net1 Indonesia untuk menyediakan akses internet broadband bagi masyarakat, khususnya daerah suburban dan pelosok.

Kabupaten Musi Banyuasin (MuBa), Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Kepulauan Talaud, Kota Tual, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Kaimana telah meneken Memorandum of Understanding (MoU) untuk bersama-sama dengan Net1 membangun infrastruktur komunikasi berbasis  4G LTE di Indonesia.

Kerja sama dengan sejumlah Pemerintah Daerah yang telah dimulai sejak tahun 2017 ini menjadi langkah awal Net1 Indonesia untuk bisa memenuhi kebutuhan akses data bagi 260 juta penduduk Indonesia yang tersebar di lebih dari 140 ribu pulau.

"Kita akan seremoni komersial pada Agustus mendatang jika tak ada hambatan," tukasnya.

Tertarik
Head of Technology Strategy XL Axiata Hasanudin Farid mengaku tertarik dengan ide dari Net1 Indonesia yang ingin menjadikan frekeunsi 450 Mhz sebagai backhaul dalam melayani area USO.

"Kami rasa ide itu menarik karena membangun area USO ini memang tak bisa semuanya dilakukan sendiri, akan high cost. Tinggal BAKTI dukung dengan buat aturan untuk daerah USO ide itu bisa dilakukan," katanya.

Direktur Palapa Ring Barat Syarif Lumintarjo mengakui kolaborasi adalah langkah terbaik dalam menggarap daerah USO agar tidak terjadi pemborosan. "Kalau semua mau bangun sendiri-sendiri yang senang itu vendor," selorohnya.

Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Anang Latif mengakui setelah isu kelangkaan backbone terselesaikan dengan Palapa Ring, berikutnya adalah transport alias transmisi yang harus dibereskan. "Untuk transport memang sekarang solusi pakai microwave, satelit, atau fiber optik. Satelit itu mahal, fiber optik belum merata," tukasnya.(sg)

 

Sumber: https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=net1-indonesia-uso 

Artikel Media

Siaran Pers