Sorong - Siang itu, SMP 1 Kabupaten Sorong tampak sepi. Hanya ada enam bocah yang tengah asik ngobrol sembari memainkan ponsel mereka.
"Setiap Sabtu sekolah libur soalnya kami full day school," ujar Angelika Kolin saat detikINET menanyakan kondisi sekolah begitu sepi.
"Kami habis latihan upacara tadi untuk Senin," lanjut Angelika.
detikINET bersama sejumlah media sengaja datang untuk melihat pemanfaatan internet Badan Aksebilitas Telekomunikasi Indonesia (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dari di sekolah. Kami pun coba bertanya ke keenam siswa-siswi tadi bagaimana aktivitas internet di sekolah mereka.Angelika mengatakan internet di sekolahnya dapat diakses oleh seluruh siswa lewat jaringan WiFi. Pun begitu pihak sekolahnya tidak memperbolehkan siswa membawa ponsel ke sekolah. Hanya bilamana guru mengizinkan untuk bantu proses belajar mengajar.
"Kalau ketahuan bisa disita itu ponsel," kata siswi yang masih duduk di kelas 9 ini.
Begitu sang guru meminta siswa SMP 1 Kabupaten Sorong membawa ponselnya, perangkat tersebut dipergunakan untuk mencari bahan belajar lewat Google. Sering kali guru-guru di sana memberikan tugas ke murid dan meminta dikumpulkan lewat internet.
Tidak sampai di situ, menariknya guru SMP 1 Kabupaten Sorong berinisiatif membuat grup WhatsApp untuk membahas pelajaran, salah satunya bahasa Inggris yang diikuti Angelika.Generasi Internet
Angelika dan kelima temannya - Axelrea Lewerisa, Franklyn Patty, Michella Latuhihin, Rony Martin Marpaung dan Reynhart Tombiling - mengaku sangat bergantung. Karena begitu jaringan internet tumbang, mereka pusing bukan kepalang."Kita kan dari lahir sudah internet," ujar Angelika.
Diterangkan Reynhart sering kali jaringan internet di Kabupaten Sorong lumpuh lantaran listrik mati atau ketika hujan angin.
"Pernah jaringan mati hampir satu minggu, pas rusuh. Itu susah sekali. Sudah tergantung sama internet, mau cari tugas jadi susah," keluh Reynhart.
"Ketika buat PRlewat internet, kalau jaringan putus, langsung setop," timpal Michaella.Dalam sebulan mereka menghabiskan Rp 25 ribu untuk membeli paket 1,5 GB. Pulsa tersebut dibeli dari menyisihkan uang jajannya.
"Kita beli dari menyisihkan uang jajan. Tapi kalau ada tugas kita minta ke orang tua untuk isi data," ujar Angelika.
YouTube menjadi aplikasi yang paling banyak diakses. Selebihnya mengakses media sosial dan tentu saja mencari bahan pelajaran yang ditugaskan sekolah.
Nah salah satu dari keenam anak SMP 1 Kecamatan Sorong yang detikINET temui ini ternyata ada yang berkreasi di YouTube dengan subscriber ribuan. Siapa dan bagaimana ceritanya, tunggu artikelnya ya detiker.
Sumber : https://inet.detik.com/cyberlife/d-4743677/cerita-anak-sorong-yang-kenal-internet-dari-lahir