Terutama urusan transportasi kerap menghadirkan kerumitan tersendiri.
"Jadi, kebanyakan daerah-daerah target pembangunan BTS USO sangat terpencil dan sulit didatangi oleh tim," tutur Yessie D. Yosetya, Direktur Teknologi XL Axiata.
Wajar saja, area yang disasar sebutannya 3T, yaitu terdepan, terluar dan tertinggal. Transportasi yang digunakan di lokasi pedalaman bisa sepeda, sampan, sampai kerbau.
"Beberapa lokasi itu tim kita harus angkut peralatan untuk pembangunan BTS USO menggunakan transportasi ditarik kerbau, atau menggunakan sampan mengarungi sungai," paparnya.
Daerah tertentu seperti di pelosok Kalimantan memang hanya dapat dijangkau dengan sampan. Peralatan dengan bobot mencapai hitungan ton harus dibawa dengan cara tersebut.
"Bawa equipment dan bener-bener bangun bisa 7 hari out of nowehere sampe mereka install BTS. Peralatan sampe tonan harus pelan jalan dan dipastikan sekali pasang, jadi orang tidak harus datang ke sana lagi untuk ngecek," sebut Yessie.
Sampai akhir tahun ini, XL bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) membangun 289 titik BTS USO. Terbaru, XL meresmikan BTS USO di desa Aewora, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
Meski kadang penuh perjuangan, menyediakan akses ke lokasi pelosok dianggap penting dan program USO selaras dengan strategi XL ekspansi ke luar Jawa.
Dari sisi bisnis, daerah USO populasinya sedikit dan potensinya tentu tidak sebaik daerah kota besar. Tapi wilayah tersebut dianggap memiliki potensi di masa depan yang antara lain dipicu masuknya jaringan internet dalam program USO.
"Biaya operasional ditanggung BAKTI beberapa tahun baru kita ambil. Kita hitung sudah oke, jadi seperti startup dimodali dulu. Begitu masuk internet mungkin ada ekonomi baru, ada online shop, tourism, ekonomi akan berkembang dalam beberapa tahun," jelas Yessie.
Sumber : https://inet.detik.com/telecommunication/d-4764547/tantangan-bangun-bts-di-pelosok-kerbau-dan-sampan-jadi-andalan