JAKARTA (IndoTelko) - Membangun infrastruktur telekomunikasi untuk remote area atau dikenal dengan Universal Service Obligation (USO) di Indonesia membutuhkan inovasi dan kolaborasi dari semua pemangku kepentingan agar kehadiran ekonomi digital bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
“Indonesia masih harus banyak mengejar ketertinggalan untuk ketersediaan infrastruktur di remote area. Kita ada rencana pita lebar Indonesia, target-target yang harus dicapai ada disitu. Untuk fixed broadband memang butuh banyak inovasi dan kolaborasi dari semua pihak agar tingkat penetrasi yang masih 7,87% bisa ditingkatkan menjadi double digit seperti di seluler,” jelas Benyamin Sura, Direktur Pengembangan Pitalebar Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika kala membuka acara diskusi yang digagas Indonesia LTE Community yang mengusung tema Indonesia Toward Digital Paradise, mewakili Menkominfo Rudiantara, di Jakarta, Kamis (24/05).
Dicontohkannya, saat ini Pemerintah sedang membangun proyek Palapa Ring Barat, Tengah dan Timur. "Pemerintah sudah bangun backbone, ini menghemat belanja modal dari operator. Tentu ini harus dilanjutkan oleh operator dengan membangun transmisi hingga level akses agar masyarakat di remote area merasakan layanan telekomunikasi yang andal," ulasnya.
Dipaparkannya, dari data yang dimiliki Kominfo, capaian wilayah pedesaan yang sudah tersentuh oleh jaringan internet pita lebar berbasis 3G mencapai 73,02% dari total 83.218 desa/kelurahan. Sementara untuk cakupan jaringan 4G LTE, baru mencapai 55.05% saja.
Pemerintah sendiri mengharapkan pada tahun 2019 mendatang, 100% wilayah desa/kelurahan sudah harus terjangkau jaringan 3G. Untuk seluruh wilayah kabupaten/kota yang berjumlah 514, pada tahun depan diharapkan sudah harus 100% tercover oleh jaringan 4G LTE. Saat ini baru 64%-nya saja yang sudah tercover.
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Anang Latif mengharapkan dengan telah selesainya Palapa Ring Barat, pembangunan jaringan internet di wilayah rural, khususnya Indonesia bagian barat semestinya bisa dipercepat lagi.
“BAKTI bukan operator, kita menyediakan sistem atau skema yanda dapat digunakan dan bekerjasama oleh perangkat pemerintahan daerah dalam menyediakan layanan telekomunikasi bagi masyarakat di remote area. Skema untuk Proyek Palapa Ring ini sangat ideal dan buktinya bisa direalisasikan,” jelas Anang Latif.
Direktur Palapa Ring Barat Syarif Lumintarjo saat ini jika operator tertarik memanfaatkan infrastruktur yang dibangunnya bisa dilakukan karena sudah beroperasi sejak Maret 2018.
Kekuatan Palapa Ring Barat adalah menjangkau kota kabupaten maupun pulau terluar dengan jaringan serat optik : Batam, kepulauan Anabas, Natuna, Singkawang, Karimun, Kepulauan Meranti, Bengkalis, Dumai, Siak, Lingga, dan Tanjung Jabung Barat.
“Sembari menunggu skema tarif yang akan dikeluarkan BAKTI, jika ada teman-teman operator berminat trial kita terbuka saja," katanya.
VP Network Deployment Telkomsel Agus Witjaksono menyatakan selama ini selalu mendukung program yang dilakukan BAKTI dengan menyediakan akses telekomunikasi seluler bagi masyarakat di wilayah pelayanan universal telekomunikasi dan informatika atau yang lebih dikenal dengan Universal Service Obligation (USO). "Bisa dikatakan kami ini mayoritas yang kerjakan proyek USO," klaimnya.
Head of Technology Strategy XL Axiata oleh Hasanudin Farid mengaku kembali menggarap daerah kategori remote setelah adanya skema baru yang ditawarkan BAKTI. "Aturan main BAKTI menjadikan jelas peran masing-masing pemain dalam menggelar jaringan atau layanan. XL membangun di Jawa dan luar Jawa sekarang. Ada 93% populasi tercover dan terus diperluas," katanya.
Direktur Utama PT Sampoerna Telekomunikasi (NET1) Larry Ridwan menyatakan NET1 siap berkolaborasi dengan semua pihak untuk mengembangkan remote area di Indonesia.
"Kami siap secara business to business (B2B) atau di ritelnya. Untuk B2B kita bisa menjadi backhaul bagi operator karena punya frekuensi 450 MHz yang ideal untuk menembus area USO," katanya.
Direktur ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia Mohamad Rosidi juga tak kalah sigap menawarkan inovasi RuralStar yang cocok digunakan untuk kondisi geografis Indonesia.
“Solusi yang bisa dilakukan operator untuk area USO ini adalah penghematan biaya dan hal itu bisa disediakan Huawei melalui Transmission rental. Ini bisa menghemat 70% biaya infrastruktur," katanya.
Sedangkan Direktur Utama Tri Dharma Kencana (TDK) Hendrik Karosekali mengharapkan dengan pembangunan infrastruktur USO yang masif bisa memberikan dampak positif bagi industri manufaktur perangkat nasional.
“Kebutuhan perangkat komputerisasi dan internet di daerah pelosok negeri harus dipenuhi oleh produk industri dalam negeri. Kita mau dimanapun jaringannya dibangun orang Indonesia dan digunakan oleh orang Indonesia,”tegasnya.(sg)
Sumber: https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=membangun-uso-bersama